Posts Tagged jobdes

Konsep? Matangkan dulu!

Dalam sebuah kepanitiaan pasti sering mendengar kata konsep, deadline, jobdes, juklak, juknis, dan lain sebagainya. Kenapa harus ada itu semua? Ya karena itu adalah dasar sebuah kegiatan itu sukses dalam action atau hari H-nya. Meninggalkan salah satu atau malah beberapa bisa diprediksi hasilnya akan diluar dari harapan.

Sedikit saya akan membahas tentang mereka yang berpengaruh dalam action. Tapi cuma satu saja, gak lebih! Saya selalu tergelitik kalo liat panitia terpojok ketika jawab pertanyaan yang dapat memperlihatkan kekosongan si penjawab. Liat ekspresi mereka yang jawab. Lucu bukan? Lho? Jika memperhatikan dengan sangat sangat dalam ekspresi mereka, maka akan tau bagaimana dengan sebenarnya yang mereka jawab dan sampaikan. Serius, gugup, bingung, lancar, dan banyak lagi yang tergambarkan.

Sering dapat teguran-teguran bagus mengenai detik-detik terpojoknya orang yang ditanya. “Jika kalian belum tahu jawabannya, jangan langsung di jawab. Diskusikan dulu sampai didapat hasilnya. Jika langsung jawab, maka jawaban itu adalah sebuah pembelaan.” Pasti benar kata-kata tersebut. Saya juga pernah mengalami. Setiap jawaban itu harus benar-benar jawaban yang sebenarnya. Ra waton asal jawab!

Dasar dari hal yang saya singgung diatas adalah KONSEP. Konsep. Konsep. “Juklak kamu mana?” “Konsepnya kayak gimana?”. Kamu mau ini, kamu mau itu, pasti kamu ditanya konsepnya. Anda harus punya konsep sebagai pondasi dari rencana anda. Konsep itu penting sebagai draf dari sebuah rencana yang harus berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Mengenai ekspresi, akan sangat kelihatan jika seorang panitia yang terpojokkan akan selalu membuat tameng dengan jawaban pembelaan.

Anda itu sebenarnya gak perlu harus menjawab pertanyaan yang memang belum pernah anda bahas sebelumnya. Kalo memang hal yang jadi pertanyaan itu belum anda jamah, maka bilang saja belum. Anda jawab A, B, C, D, … Bertele-tele, bergugup-gugup. Tapi saat anda diksih pertanyaan yang sangat sederhana, “kamu udah buat konsepnya belum?” misal menjawab “belum,” nah anda sangat rugi sekali banget. Udah sekali pake banget lagi. Udah ngomong panjang lebar, eeh ternyata tak ada dasarnya.

Setelah anda sudah jawab ini itu tanpa dasar, efeknya akan menyulitkan anda dalam membangun dasar tersebut. Pasti anda akan menyangkut pautkan dengan jawaban-jawaban anda yang telah dilontarkan sebelumnya. Meski dibilang buruk, tetep anda sulit untuk membuangnya, karena anda takut dianggap plin-plan dlam merancang sesuatu. Akhirnya pembuatan konsepnya juga gak akan maksimal.

Saran buat semua yang ikut dalam kepanitiaan, kepanitian apa saja, Bebas, bebas tanpa pamrih, kalo bisa jawab jujur lah. Kalo konsepnya belum di buat atau di rancang, bilang saja belum. Jangan bilang iya-iya terus, akan membuang-buang waktu anda saja. Ingat, konsep anda harus dimatangkan, sebelum anda menjawab pertanyaan-pertanyaan yang harus anda jawab dengan panduan konsep.

, , , ,

Tinggalkan komentar